PENDAHULUAN
Latar Belakang
Amanat UU No. 20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi siswaagar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka salah satu bidang studi yang harus
dipelajari oleh siswadi madrasah adalah pendidikan agama Islam, yang
dimaksudkan untuk membentuk siswamenjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Pendidikan Agama Islam di madrasah tsanawiyah terdiri atas empat
mata pelajaran, yaitu: Al-Qur’an-Hadis,
Akidah-akhlak, Fikih, dan Tarikh (Sejarah) Kebudayaan Islam. Masing-masing mata
pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi,
namun meski begitu masing-masing mata pelajaran memiliki karakteristik
sendiri-sendiri.
Sejarah Kebudayaan Islam di MTs merupakan salah satu mata pelajaran
yang memiliki karakteristik yang lebih menekankan pada kemampuan mengambil
ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik,
ekonomi, ipteks dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban
Islam, menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban
Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai
dari perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan
Khulafaurrasyidin, Bani ummayah, Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan Islam
di Indonesia. Secara substansial mata
pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi
kepada siswauntuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang
mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan, membentuk sikap, watak dan
kepribadian peserta didik.
Tujuan luhur mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah
Tsanawiyah ini dicapai secara berjenjang dan telah dirumuskan dalam bentuk
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD). Untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
tersebut mutlak memerlukan metode-metode, strategi dan model pembelajaran yang
tepat, efektif dan efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk melakukan upaya
maksimal dalam memahami, menguasai dan menerapkan metode, strategi pembelajaran
yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM), bahkan harus ada perubahan mindset dan paradigma
apabila pembelajaran yang dilakukan selama ini bersifat teacher centered (berpusat
pada guru) ke arah student centered (berpusat pada siswa). Karena proses
belajar mengajar yang bersifat teacher centered hanya bermakna sebuah transfer of knowledge saja (Wiyani, 2013:20). Sudah saatnya guru
mengembangkan pembelajaran yang demokratis, yaitu pembelajaran yang di dalamnya
terdapat interaksi dua arah antara guru dan siswa dengan selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberikan
reaksi (Mulyoto, 2013:2).
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kurang maksimalnya
hasil belajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Satu Atap Al Azhar
Kandangan dalam belajar rata-rata diakibatkan oleh kurangnya keaktifan dalam
belajar, sehingga suasana belajar menjadi monoton dan tidak menarik bagi siswa.
Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran SKI masih belum mencapai target yang
ideal. Padahal guru dalam proses belajar mengajar sudah berusaha
mengkombinasikan penggunaan beberapa metode seperti ceramah, tanya jawab, diskusi
dan kadang-kadang menggunakan alat peraga multimedia (LCD Projector).
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan
upaya membangkitkan keaktifan belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa
untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang
berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep SKI.
Keaktifan tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan
pembelajaran, keaktifan juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan
belajar dari suatu kegiatan pembelajaran
atau seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka.
Siswa yang aktif dan bersemangat untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses
kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu
akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru
adalah merencanakan bagaimana guru mendukung keaktifan siswa. Untuk itu sebagai
seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan
melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga
menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mencoba menerapkan
salah satu model pembelajaran, yaitu model pembelajaran Everyone is a Teacher Here (Semua bisa jadi guru di sini) untuk
mengungkapkan apakah dengan model Everyone is a Teacher Here (Semua bisa
jadi guru di sini) dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar SKI.
Penulis memilih model pembelajaran ini untuk mendapatkan partisipasi seluruh
kelas dan pertanggungwaban individual. Model pembelajaran Everyone is a
Teacher Here (Semua bisa jadi guru di sini) dinilai efektif karena dapat membantu siswauntuk mengingat
kembali apa yang telah ia dapatkan selama proses belajar mengajar berlangsung
dan membantu siswa untuk mudah menerima materi pembelajaran.
Dari latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul : “Implementasi
Teknik Pembelajaran Everyone is a Teacher Here
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran SKI Pada
Siswa Kelas VIII MTs Al Azhar Kandangan
Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun Pelajaran 2012 / 2013”.
KAJIAN TEORI
Karakteristik Mata
Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Sejarah Kebudayaan Islam di MTs merupakan salah satu mata pelajaran yang
menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam
dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari
perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan
Khulafaurrasyidin, Bani ummayah, Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan Islam
di Indonesia. Secara substansial mata
pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi
kepada siswauntuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang
mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan, membentuk sikap, watak dan
kepribadian peserta didik.
Penyusunan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah
Tsanawiyah ini dilakukan dengan cara mempertimbangkan dan me-review Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah, dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, terutama pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam aspek Tarikh & Kebudayaan Islam untuk SMP/MTs, serta
memperhatikan Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomor:
DJ.II.1/PP.00/ED/681/2006 , tanggal 1 Agustus 2006, Tentang Pelaksanaan Standar
Isi, yang intinya bahwa Madrasah dapat meningkatkan kompetensi lulusan dan
mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi.
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di madrasah tsanawiyah bertujuan
agar siswa memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1.
Membangun kesadaran siswatentang
pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah saw dalam
rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
2.
Membangun kesadaran siswatentang
pentingnya waktu dan tempat yang merupakan
sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan
3.
Melatih daya kritis siswauntuk
memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4.
Menumbuhkan apresiasi dan
penghargaan siswaterhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban
umat Islam di masa lampau.
5.
Mengembangkan kemampuan siswadalam mengambil ibrah dari
peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan
mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, ipteks dan
lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
Adapun cakupan ruang lingkup kurikulum Sejarah Kebudayan Islam di
Madrasah Tsanawiyah meliputi: (1) Pengertian dan tujuan mempelajari sejarah
kebudayaan Islam; (2) Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Mekkah; (3)
Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Madinah; (4) Memahami peradaban
Islam pada masa Khulafaurrasyidin; (5) Perkembangan masyarakat Islam pada masa
Dinasti Bani Umaiyah; (6) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani
Abbasiyah; (7) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Al Ayyubiyah;
(8) Memahami perkembangan Islam di Indonesia.
Sedangkan Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran (SKL-MP) Sejarah Kebudayaan
Islam di madrasah tsanawiyah meliputi :
1.
Meningkatkan pengenalan dan
kemampuan mengambil ibrah terhadap peristiwa penting sejarah kebudayaan Islam
mulai perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan para
khulafaurrasyidin, Bani Umaiyah, Abbasiyah, Al-Ayyubiyah sampai perkembangan
Islam di Indonesia.
2.
Mengapresiasi fakta dan
makna peristiwa-peristiwa bersejarah, dan mengkaitkannya dengan fenomena
kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi, dan ipteks.
3.
Meneladani nilai-nilai dan
tokoh-tokoh yang berprestasi dalam peristiwa bersejarah.
Model Pembelajaran
Aktif Everyone Is A Teacher Here.
1.
Pengertian
Sesunguhnya peran dan fungsi seorang guru dalam pembelajaran tidak cukup
hanya menyampaikan pengetahuan saja melainkan juga harus mampu menciptakan
suasana kelas yang penuh perhatian, sehingga proses belajar mengajar akan lebih
efektif dan tercapai tujuan yang optimal. Seyogyanyalah guru harus mampu menentukan metode yang
terbaik yang akan digunakan. Metode, dalam bahasa arab dikenal dengan Thariqah
yang berarti langkah-langkah metode yang dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan (Ramayulis, 2005: 2).
Metode mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan
dengan belajar mengajar, metode bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan
guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah digariskan (Djamarah, 2006 : 5). Adapun beberapa metode cooperative learning
yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran diantaranya adalah bentuk
everyone is a teacher here. Sedangkan everyone is a teacher here
merupakan sebuah metode yang bertujuan memberikan kesempatan kepada setiap
siswa untuk bertindak sebagai “guru” bagi siswa lain (Tim Instruktur, 2011 : 149).
Metode everyone is a teacher here juga sangat tepat untuk mendapatkan
partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual. Dengan strategi
ini, siswayang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran
secara aktif (Zaeni, 2008: 60).
2.
Tujuan Metode Everyone is a
teacher here
Tujuan Metode Everyone is A Teacher Here adalah agar siswaakan
lebih bergairah dan senang dalam menerima pelajaran, dalam hal ini mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang pada gilirannya tujuan
pembelajaran SKI dapat tercapai. Secara khusus tujuan implementasi metode everyone
is a teacher here tersebut adalah:
a)
Agar setiap siswa berani
mengemukakan pendapat melalui jawaban atas pertanyaan yang telah dibuatnya.
b)
Agar siswa memiliki
kemampuan untuk mengemukakan pendapat melalui tulisan dan menyatakannya di depan kelas.
c)
Agar setiap siswa mampu dan
berani mengemukakan pendapat dan menyatakan kesalahan jawaban dari kelompok
lain yang disanggah.
d)
Terlatih dalam menyimpulkan
masalah dan hasil kajian pada masalah yangdikaji.
Dengan demikian tujuan dari penerapan metode everyone is a teacher
here adalah membiasakan siswauntuk belajar aktif secara individu dan membudayakan sifat berani bertanya, tidak
minder dan tidak takut salah (Ismail, 2008 :74)
3.
Prinsip Utama Metode Every One is a
Teacher Here
Terdapat tujuh prinsip
pokok yang harus diterapkan oleh seorang guru dalam hal metode pengajaran,
yaitu
1.
Mengetahui motivasi,
kebutuhan, dan minat anak didiknya
2.
Mengetahui tujuan pendidikan
yang sudah diterapkan sebelum pelaksanaan pendidikan
3.
Mengetahui tahap kematangan
(maturity), perkembangan, serta perubahan anak didik
4.
Mengetahui
perbedaan-perbedaan individu anak didik
5.
Memperhatikan pemahaman dan
mengetahui hubungan-hubungan, dan kebebasan berfikir
6.
Menjadikan proses pendidikan
sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak didik
7.
Menegakkan contoh yang baik
(uswatun hasanah).(Misrita,
2011).
4.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Every One is a
Teacher Here
Everyone is a teacher
here merupakan salah satu bentuk pembelajaran aktif yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang intinya adalah merupakan
teknik yang dapat digunakan guru yang bertujuan menjadikan peserta didik
belajar secara aktif (Wiyani, 2013 : 172), artinya merekalah yang mendominasi
pembelajaran, alhasil pembelajaranpun menjadi berpusat pada peserta didik (student
centered)
Sebagai salah satu
bentuk strategi pembelajaran aktif, everyone is a teacher here memiliki
keunggulan, di antaranya sebagaimana disimpulkan Yuthi Yattaqi,dkk (Yuthi Yattaqi,2013)
yaitu :
1.
Mendukung dan meningkatkan
proses pembelajaran.
2.
Melatih siswa untuk
bertanggung jawab.
3.
Strategi ini dapat digunakan
pada semua mata pelajaran.
4.
Meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengemukakan pendapat, menganalisis masalah, dan keterampilan membuat
simpulan.
Namun meskipun memiliki beberapa kelebihan, strategi ini juga mempunyai
kelemahan di antaranya :
1.
Memerlukan penjelasan materi
di awal oleh guru agar soal yang dibuat siswa tidak menyimpang dari tujuan
pembelajaran.
2.
Membutuhkan waktu yang lama
untuk menghabiskan semua pertayaan untuk kelas besar.
5.
Langkah-langkah Pembelajaran
dengan Metode Everyone is a teacher here
Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
a)
Membagikan kertas kepada
setiap siswa dan mintalah mereka untuk menuliskan sebuah pertanyaan tentang
materi pokok yang telah atau sedang dipelajari, atau topik khusus yang ingin
mereka diskusikan dalam kelas.
b)
Mengumpulkan kembali
kertas-kertas tersebut, lalu mengocok dan membagikan kembali secara acak kepada
masing-masing siswa dan diusahakan pertanyaan tidak kembali kepada yang
bersangkutan.
c)
Meminta mereka membaca dan
memahami pertanyaan di kertas masingmasing, sambil memikirkan jawabannya.
d)
Mengundang sukarelawan untuk
membacakan pertanyaan yang ada di tangannya (untuk menciptakan budaya bertanya,
mengupayakan memotivasi siswa untuk angkat tangan bagi yang siap membaca-tanpa
langsung menunjuknya)
e)
Meminta dia memberikan
respon (jawaban/penjelasan) atas pertanyaaan atau permasalahan tersebut,
kemudian meminta kepada teman sekelasnya untuk memberi pendapat atau melengkapi
jawabannya
1)
Memberikan apresiasi
(pujian) terhadap setiap jawaban/tanggapan peserta didik agar termotivasi dan
tidak takut salah
f)
Mengembangkan diskusi secara
lebih lanjut dengan cara siswa bergantian membacakan pertanyaan di tangan
masing-masing sesuai waktu yang tersedia.
Belajar dan Hasil Belajar.
a.
Pengertian Belajar
Terdapat beberapa
difinisi belajar yang dikemukakan para ahli, di antaranya pendapat Morgan dalam
bukunya Introduction of Psychology sebagaimana dikutip oleh Ngalim
Purwanto (Purwanto, 1998 : 84) menyatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan
yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadisebagai suatu hasil dari
latihan dan pengalaman.
Lebih jauh lagi
Ngalim Purwanto menyimpulkan beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian
tentang belajar yaitu :
1)
Belajar merupakan suatu
perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada
tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah kepada
tingkah laku yang lebih buruk.
2)
Belajar merupakan suatu
perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, oleh karena itu
perubahan yang disebabkan pertumbuhan dan proses kematangan tidak dianggap
sebagai hasil belajar
3)
Untuk dapat disebut belajar,
perubahan yang terjadi harus bersifat relatif mantap dan harus merupakan akhir
dari suatu periode waktu yang cukup panjang.
4)
Tingkah laku yang mengalami
perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian , baik fisik
maupun psikis; seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu
masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan maupun sikap.
b.
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman,
1999 : 37). Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku secara keseluruhan
yang dimiliki seseorang. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan
tingkah laku kognitif, afektif dan psikomotorik (Sukmadinata, 2004: 179).
Hasil belajar adalah angka yang
diperoleh siswa yang telah berhasil menuntaskan konsep-konsep mata
pelajaran sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Begitu
juga hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang tetap
sebagai hasil proses pembelajaran
Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik
setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2002 : 22). Suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil apabila:
1)
Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,
baik secara individual maupun kelompok.
2)
Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh
peserta didik, baik secara individual maupun klasikal.
Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal (fisiologis dan
psikologis) maupun eksternal (lingkungan dan instrumental) yang dapat diikhtisarkan sebagai
berikut :
Skema : Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Purwanto,1998 :
107)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research / CAR) yang dilakukan guru dengan maksud memperbaiki atau mencari
solusi atas berbagai masalah yang nyata dan praktis dalam peningkatan mutu
pembelajaran di kelas, yang dialami langsung
dalam interaksi antara guru dan siswa pada proses belajar mengajar. Penelitian yang dilakukan terdiri dari 2 siklus
yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan.
Tahapan-tahapan yang
dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari : (1) tahap
perencanan (planning), (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap pengamatan
(observasi) dan evaluasi, (4) tahap refleksi hasil tindakan serta
perbaikan-perbaikan sampai tercapai hasil yang diharapkan.
Setting Penelitian
Lokasi penelitian adalah
Madrasah Tsanawiyah Satu Atap Al Azhar yang berlokasi di Jl. Banyu Barau RT.7
No.6 Kelurahan Kandangan Barat Kecamatan Kandangan kabupaten Hulu Sungai
Selatan, sedangkan subyek penelitian adalah siswa kelas VII yang berjumlah 25 orang
terdiri dari 14 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Waktu penelitian
dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Pebruari – Maret 2014 yang mencakup
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan materi perkembangan kebudayaan
Islam pada masa Dinasti Umayyah.
Adapun obyek atau faktor
yang diteliti adalah peningkatan hasil belajar siswa kelas VII dengan
menggunakan pembelajaran aktif tipe everyone is a teacher here,
aktivitas siswa serta aktivitas guru dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam dalam pembelajaran everyone is a teacher here.
SIKLUS I
1.
Perencanaan (Planning)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini meliputi :
a.
Menyusun rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) serta lembar kegiatan
untuk siklus I dengan materi tentang sejarah berdirinya Dinasti Umayyah.
b.
Mempersiapkan lembar observasi minat siswa dan lembar pengamatan
keaktifan siswa.
c.
Menyiapkan instrumen evaluasi (soal)
untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaan materi ajar.
2.
Pelaksanaan Tindakan (Action)
Berangkat dari skenario yang telah disusun maka dilaksanakanlah suatu
tindakan berupa kegiatan pembelajaran SKI pada materi Sejarah berdirinya
Dinasti Umayyah yang berupa :
a.
Mengkondisikan kelas supaya siap dalam menerima pelajaran (membuka
pelajaran, mengecek kehadiran sisiwa, serta kondisi kelas)
b.
Memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran yang akan dilakukan
d.
Guru menyampaikan informasi singkat tentang materi Sejarah Berdirinya
Dinasti Umayyah
e.
Membagikan kertas kepada setiap siswa dan meminta mereka untuk
menuliskan sebuah pertanyaan tentang materi pokok Sejarah Berdirinya Dinasti
Umayyah
f.
Mengumpulkan kembali kertas-kertas tersebut, lalu mengocok dan
membagikan kembali secara acak kepada masing-masing siswa dan diusahakan
pertanyaan tidak kembali kepada yang bersangkutan.
g.
Meminta mereka membaca dan memahami pertanyaan di kertas masingmasing,
sambil memikirkan jawabannya.
h.
Mengundang sukarelawan untuk membacakan pertanyaan yang ada di tangannya
(untuk menciptakan budaya bertanya, mengupayakan memotivasi siswa untuk angkat
tangan bagi yang siap membaca-tanpa langsung menunjuknya)
i.
Meminta dia memberikan respon (jawaban/penjelasan) atas pertanyaaan atau
permasalahan tersebut, kemudian meminta kepada teman sekelasnya untuk memberi
pendapat atau melengkapi jawabannya
j.
Memberikan apresiasi (pujian) terhadap setiap jawaban/tanggapan peserta
didik agar termotivasi dan tidak takut salah
k.
Mengembangkan diskusi secara lebih lanjut dengan cara siswa bergantian membacakan
pertanyaan di tangan masing-masing sesuai waktu yang tersedia.
l.
Memberikan tes akhir sebagai hasil evaluasi siklus tahap pertama.
3.
Observasi (Observation)
Observasi terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung untuk mengetahui
keaktifan siswa dan sejauh mana siswa dapat menyerap materi yang diberikan
melalui metode everyone is a teacher here, serta mengetahui kendala yang
dihadapi dalam menyampaikan materi pembelajaran. Untuk tahap observasi ini
penulis dibantu oleh rekan sejawat sebagai observer.
4.
Refleksi (Reflection)
Kegiatan refleksi mencakup kegiatan analisis, interpretasi dan evaluasi
yang diperoleh dari kegiatan observasi terhadap hasil belajar peserta didik
pada pembelajaran SKI materi pokok perkembangan Islam pada masa Bani Umaiyah
pada siklus I oleh peneliti sebagai dasar untuk membuat perencanaan
pembelajaran siklus II
SIKLUS II
1.
Perencanaan (Planning)
Berangkat dari hasil refleksi kegiatan yang dilakukan pada siklus I maka
dirancanglah kegiatan pada siklus II sebagai berikut :
a. Menyusun rencana pelaksanan pembelajaran (RPP)
serta lembar kegiatan untuk siklus II dengan materi tentang Perkembangan
Kebudayaan /Peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah.
b. Mempersiapkan lembar observasi minat siswa dan
lembar pengamatan keaktifan siswa.
c. Menyiapkan instrumen evaluasi (soal) untuk mengukur tingkat pemahaman dan
penguasaan materi ajar.
2.
Pelaksanaan Tindakan (Action)
Berangkat dari skenario yang telah disusun maka dilaksanakanlah suatu
tindakan berupa kegiatan pembelajaran SKI pada materi Sejarah berdirinya
Dinasti Umayyah yang berupa :
a. Mengkondisikan kelas supaya siap dalam menerima
pelajaran (membuka pelajaran, mengecek kehadiran sisiwa, serta kondisi kelas)
b. Memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan
c. Memberikan motivasi dengan cara menginformasikan
kegunaan materi pembelajaran
d. Guru menyampaikan informasi singkat tentang materi
Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah
e. Mengulangi langkah-langkah pembelajaran dengan
metode everyone is a teacher here sebagaimana pada siklus I
f. Memberikan tes akhir sebagai hasil evaluasi siklus
tahap kedua.
3.
Observasi (Observation)
Sebagaimana siklus I, pada siklus II ini juga dilakukan observasi
terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung untuk mengetahui keaktifan siswa
dan sejauh mana siswa dapat menyerap materi yang diberikan melalui metode
everyone is a teacher here, serta mengetahui kendala yang dihadapi dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Untuk tahap observasi ini penulis masih dibantu
oleh rekan sejawat sebagai observer.
4.
Refleksi (Reflection)
Tahap refleksi pada siklus
II ini berupa kegiatan analisis hasil pengamatan untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak
tindakan dari siklus II yang dilakukan. Jika permasalahan sudah terselesaikan
dan sudah dirasa cukup, maka tindakan akan dihentikan.
Teknik Pengumpulan Data
Jenis Data
1.
Data Kuantitatif yakni data berupa hasil post test tertulis yang
dilaksanakan pada akhir pertemuan.
2.
Data Kualitatif yaitu hasil observasi terhadap proses belajar mengajar
yang dilakukan guru dan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran
berlangsung.
Cara Pengambilan Data
Berbagai data dan informasi yang diperlukan
diperoleh melalui hasil pengamatan dari observer selama proses belajar mengajar
berlangsung serta data hasil tes;
1.
Data tentang aktivitas siswa dan kegiatan guru diambil dari hasil
pengamatan yang dilakukan oleh observer selama pelaksanaan proses belajar
mengajar;
2.
Data hasil belajar diperoleh dari hasil post test dari kedua siklus yang
masing-masing terdiri dari 2 x pertemuan.
Post a Comment